Arsip Kategori: Opini

Radio Controlled Clock dan Budaya Tepat Waktu Orang Jepang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling piawai dalam urusan “mengaret-ngaretkan” waktu, ini terbukti dari saat kita masih duduk di bangku sekolah, kita terbiasa dengan telat, memang ada hukuman untuk mereka yang masuk sekolah telat tapi itu hanyalah sebatas hukuman, tidak ada rasa malu ataupun rasa bersalah.

Naik ke bangku kuliah, siapa yang telat – dia tidak boleh masuk kelas, tentu saja yang telat saat itu banyak sekali, hampir setengah mahasiswa tidak bisa masuk kelas karena telat, lalu apa yang mereka lakukan? Ya nongkrong di warung kopi menunggu kelas selesai untuk meminjam catatan ke mereka yang masuk kelas. Seperti biasa, tidak ada rasa bersalah ataupun malu.

Lanjutkan membaca Radio Controlled Clock dan Budaya Tepat Waktu Orang Jepang

Alasan Beberapa Negara Menghilangkan Kolom Tempat Lahir di Passport

Kolom tempat lahir (POB / Place of Birth) adalah salah satu informasi penting yang terdapat di dokumen perjalanan atau yang biasa disebut paspor, tanpa informasi ini, beberapa negara bisa saja menolak Anda jika paspor Anda tidak dilengkapi informasi ini, dan beberapa negara juga menolak membuatkan paspor jika Anda tidak mengisi kolom tempat lahir.

Lanjutkan membaca Alasan Beberapa Negara Menghilangkan Kolom Tempat Lahir di Passport

Perlunya Designated Driver di Indonesia

Belakangan ini sedang viral di Indonesia mengenai pengemudi yang diketahui mabuk mengendarai mobilnya hingga menabrak pengguna GrabWheels hingga tewas di sekitar kawasan FX Sudirman.

Tentunya kejadian DUI (Driving Under Influence) ini bukan kali pertama terjadi di Jakarta, mulai dari mobilnya yang masuk selokan sampai menabrak orang hingga meninggal.

Seperti biasa banyak netizen yang berkomentar, salah satunya yang cukup menarik perhatian saya adalah cuitan ini:

Lanjutkan membaca Perlunya Designated Driver di Indonesia

Perlukah SIM Seumur Hidup?

Saya mendengar, ada salah satu partai yang menjanjikan pemberlakuan SIM seumur hidup jika terpilih. Tentu saja ini menuai pro dan kontra, banyak komentar mengenai pemberlakuan SIM seumur hidup ini, bahkan tidak sedikit mencaci maki kebijakan ini. Sebenarnya perlukah SIM seumur hidup diberlakukan di Indonesia?

Sebelumnya kita lihat apa alasan partai tersebut hendak memberlakukan SIM seumur hidup, partai tersebut berpendapat bahwa perpanjangan SIM merepotkan rakyat dan mengurangi beban biaya masyarakat. Oke, maka dari itu, mari kita bahas bagaimana pembuatan SIM di Indonesia saat ini.

Lanjutkan membaca Perlukah SIM Seumur Hidup?

Perkembangan IPv6 di Indonesia

Sebenarnya saya cukup malas menulis tentang ini.

Seperti yang telah kita ketahui, alokasi IPv4 di dunia sudah mulai habis. Tidak hanya di negara maju, beberapa negara berkembang sudah mulai implementasi IPv6. ISP yang saya gunakan yaitu Ziggo sudah menggunakan IPv6(dual stack dengan IPv4), bahkan hosting  blog ini sudah support IPv6, jadi komunikasi antara Cloudflare dengan server blog ini sudah native IPv6, trafik IPv4 di-handle langsung oleh Cloudflare.

Perlu anda ketahui bahwa, IPv6 dan IPv4 tidak kompatibel satu sama lain, mayoritas PC dan device lainnya masih menggunakan Dual Stack: IPv4 dan IPv6 berjalan beriringan.

Lanjutkan membaca Perkembangan IPv6 di Indonesia

Klarifikasi mengenai nama saya di situs “Konfrontasi”

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat info dari teman saya yang mengatakan bahwa ada nama saya tercatut dalam sebuah artikel, dimana artikel tersebut sedang dipermasalahkan baik kalangan PERMIRA maupun pihak KBRI Moskow, tentunya saya penasaran, berikut tautan artikel tersebut.

Setelah saya baca artikel tersebut, ditemukan nama saya dalam artikel tersebut, dan inilah yang mereka tulis:

Yanuar dan Ridwan adalah anak bangsa yang direkomendasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersama Anggie Soekarno dan  rekan-rekan lainnya.

Baiklah, di luar dari isi berita tersebut saya ingin klarifikasi beberapa hal:

  1. Saat masih di Indonesia saya memang pernah mengurus surat rekomendasi belajar di Luar Negeri dari Pengurus Besar Nahtadul Ulama, itu benar adanya.
  2. Mengenai pencatutan nama saya di artikel tersebut, tidak pernah ada izin dari saya, bahkan di artikel tersebut penulis menggunakan nama dari akun Facebook saya, bukan nama asli saya, dan saya tinggal di Penza, bukan di Voronezh.
  3. Karena tidak ada konfirmasi sebelumnya, saya tidak pernah merasa diwawancara, ataupun berkontribusi dalam artikel tersebut. Jadi, tulisan tersebut di luar pengetahuan saya.

Jadi, jangan tanya saya lagi mengenai isi dari artikel tersebut,

Terima kasih :)

————

Opini pribadi: Saya kurang setuju dengan tulisan tersebut, baik dalam tata bahasa, penggunaan foto tanpa izin, maupun isi dari artikel tersebut yang justru membuat citra mahasiswa Indonesia di Rusia terlihat buruk.

Blokir sana, blokir sini

Media sosial macam Twitter dan Facebook merupakan alat bantu bagi saya untuk dapat mengetahui trend ataupun isu apa yang sedang naik daun di Indonesia, dan kebetulan yang sedang di bahas belakangan ini adalah urusan pemblokiran situs tertentu yang dianggap terkait dengan radikalisme.

Seperti biasa banyak pengguna sosial media menanggapi hal ini, sampai-sampai ada yang sempat bilang bahwa pemerintah anti islam :D awalnya saya menahan diri untuk tidak berkomentar apapun tentang ini, tapi akhirnya bablas ikut komentar juga deh :)

Saya secara pribadi berpendapat bahwa tidak ada gunanya melakukan pemblokiran, mau situs islam dengan alasan radikalisme(?) atau  situs porno dengan alasan merusak moral (?), mungkin nanti akan ada pemblokiran untuk situs yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya? :)

Lagipula, untuk melewati pemblokiran itu bukan cara yang susah, ada banyak proxy untuk melewati pemblokiran di Indonesia, di Internet bertebaran cara untuk melakukan itu.

Saya melihat list situs-situs yang di blokir kominfo, beberapa diantaranya yang saya tau pernah menyebar berita kebencian terhadap pemerintah saat ini, tapi apa itu pantas di blokir? Tidak, toh  saya juga tidak terpengaruh terhadap tulisan yang ada di situs-situs tersebut.

Solusi menurut saya tentunya pendidikan terhadap akses Internet dan perbanyak konten positif jauh lebih baik daripada blokir-memblokir ini.

 

IDENTITAS YANG DIJADIKAN KOMODITAS: Mitos Wajah Kampung di Rumah Makan Nasi Bancakan

The study looks into the kampong image phenomenom – particularly the Sundanese kampong which uses kampong as an identity for commodity. This is based on the assumption that food is underpinned by ideology and forms a system of communication. Bancakan restaurant which is the context for this case sutdy indicates how communication strageies are constructed to market a restaurant. Kampong image is chosen purposefully to impart an “ethnic identity” so that there will be a “symbolic consumption”. The analysis focuses on all aspects which constitute kampong stereotypes found as part of the identity construction of the society. The findings indicate that kampong stereotypes represented in among others the tools used for eating, ways of eating, clothes of the cooks and waiters, local (sundanese) intonation are exploted to be identified by consumers and consumed as part of the consumers (new) life style. This means that the kampong image helps construct an identity which shows “how we want to be acknowledged confirming Baudrillard proposition that reality succumbs to image, and, resulting the mythologies of the modern society.”

Lanjutkan membaca IDENTITAS YANG DIJADIKAN KOMODITAS: Mitos Wajah Kampung di Rumah Makan Nasi Bancakan