Arsip Kategori: Sekadar Tulisan

Bermain dengan nDrive 11 di Samsung Galaxy Y

Well, saya katanya orang Bandung, tapi, saya memiliki kelemahan yang memalukan bagi orang Bandung, yaitu tidak hafal dengan jalanan yang ada di Bandung, entah mengapa. Contohnya, beberapa hari yang lalu saya berangkat dari rumah hendak ke daerah Salman, ITB, sialnya saya menyempatkan diri untuk muter-muter dulu di daerah Pasteur, bertanya sana dan sini, hingga 3 jam kemudian akhirnya saya berada di jalan yang benar :D

Nah, orang ndeso seperti saya ini butuh perangkat yang namanya GPS, tapi, namanya mahasiswa bragajulan, mencari device GPS yang murah(sukur-sukur gratis), akhirnya saya memberdayakan ponsel Android mumer bin asbun saya, Samsung Galaxy Y yang sudah memiliki hardware GPS terintegrasi dan aplikasi pemandu jalan nDrive 11.

Aplikasi nDrive for Android ini bisa kita beli dengan harga EUR 29.99 lengkap dengan peta Indonesia dan Filipina, berhubung orang Indonesia banyak akal, saya bisa mendapatkan aplikasi ini lengkap dengan peta Indonesia, Singapore, dan Malaysia seharga cendol dan rate, thanks gan :))

 

 

 

 

 

Kalau kita perhatikan, interface dari nDrive ini cukup user friendly, semua icon dibuat dalam ukuran besar(berguna untuk menghindari kesalahan tap), dan menu dibuat sangat lengkap namun sederhana, saya sendiri bahkan dapat mengoperasikan aplikasi ini cukup dengan satu tangan(kecuali mengetik) saat mengemudi dengan kecepatan sangat rendah.

 

 

 

 

 

Sama seperti device GPS lainnya, nDrive ini bisa memandu kita sampai ke tempat tujuan, ciamiknya, beberapa lokasi g403L penting di Bandung sudah ada dalam peta yang berukuran 100MB ini, dan rutenya bisa kita pilih, ada 3 pilihan, fastest, shortest, dan pedestrian mode. Sayangnya, dalam kondisi jalan di Bandung, ketiga pilihan ini tidak ada bedanya :p

Oia, secara default, panduan yang diberikan aplikasi ini diucapkan oleh mbak-mbak dalam Bahasa Inggris, tidak seperti device GPS yang lain, aplikasi ini tidak begitu cerewet, memang, dia mengingatkan beberapa ratus meter sebelumnya jika rute yang ditempuh mengharuskan kita berbelok ke arah tertentu, tapi, jika kita melanggar rute yang dia berikan, dia hanya diam sambil melakukan “recalculating”, sesekali menyuruh kita memutar balik :))

Bagaimana dengan penempatannya? Sebenarnya banyak yang jual dudukannya, tapi berhubung saya males beli terlalu kreatif, awalnya saya simpan di panel speedometer seperti ini

 

 

 

 

 

 

 

 

Sayangnya, penggunaan hardware GPS terlalu lama membuat ponsel saya mengeluarkan panas yang berlebih, hingga akhirnya saya pindahkan ke panel dashboard seperti ini

 

 

 

 

 

 

 

 

Lumayan, dengan bantuan AC, ponsel ga terlalu panas :)

Bintang Iklan Merangkap Bos

Suatu hari saat saya dan Ridu jalan-jalan keliling kota Jakarta, kami melihat sebuah billboard yang berisi iklan produk ponsel TiPhone, dan Ridu bertanya,

“Siapa sih engkoh-engkoh yang di-iklan itu? Tiap iklan ponsel ini dia pasti selalu ada

Saya saat itu yang masih belum tahu siapa dia hanya menjawab dengan polosnya “entahlah..

 

Kurang lebih seperti ini iklannya(versi koran)

Ya, engkoh-engkoh ini adalah Hengky Setiawan, pria berusisia 49 tahun ini adalah pemilik TelesindoShop sekaligus Presiden Direktur dari Tiphone, dan satu-satunya pemilik mobil antik 1951 Mercedes Benz  220 Cabriolet B ;)

Apa yang unik dari beliau? Beliau adalah bintang iklan produk Tiphone, hampir di semua media(baik billboard, koran, hingga poster pada toko ponsel) beliau-lah bintang iklannya. Ya, dengan pakaian yang sopan, sambili menggenggam ponsel yang beliau iklankan,tentunya dengan senyum yang terlihat ramah seolah-olah beliau berkata “Belilah ponsel saya” . Di beberapa iklan ponsel Tiphone sempat terlihat adanya model lain tapi tetap selalu ada Pak Hengky ini disampingnya ;)

Ini sangat berbanding terbalik dengan beberapa ponsel lokal/cina yang sangat disayangkan menggunakan model perempuan berbaju minimalis :(

Tapi overall saya salut dengan gaya iklan seperti ini ;)

 

PS:

Foto diambil dari posterous-nya Paman Tyo

Gramatika dalam Bahasa Hongaria — Pengenalan dan Nomina

Catatan: Berhubung postingan ini bagi sebagian orang memabukkan, maka saya akan tulis dengan bahasa se-santai-santainya, tidak memakai bahasa formal seperti postingan sebelumnya, okeh?

Jadi begini..

Beberapa bulan saya sempat mencoba belajar(kembali) bahasa Hongaria, kenapa? kok tertarik? Ya, karena kebiasaan saya yang tertarik dengan bahasa yang cukup “aneh” bagi sebagian orang di Indonesia.

Dan kesimpulan saya setelah belajar bahasa hongaria(magyar) adalah,

Lanjutkan membaca Gramatika dalam Bahasa Hongaria — Pengenalan dan Nomina

Premium, bensin untuk mereka yang tidak mampu, siapa?

Premium hanya untuk golongan tidak mampu

Pernah lihat tulisan diatas? Atau pernah lihat spanduk di SPBU Pertamina dengan nada yang sama ? Ya, itu semua adalah propaganda Pertamina yang secara halus menggiring masyarakat untuk berpindah menggunakan BBM-Non Subsidi(Pertamax, Pertamax+).

Ya, kali ini saya ingin berbicara mengenai bensin subsidi dan non subsidi.

Tentunya anda sudah mengerti seperti apa BBM bersubsidi dan non subsidi itu kan? Sepertinya pemerintah kita ini mulai membatasi penggunaan BBM bersubsidi karena dinilai belum tepat sasaran, untuk statement ini saya masih setuju, tinggal bagaimana solusinya? Pemerintah tampaknya sudah memutar otak, hingga akhirnya keluar beberapa wacana, berikut beberapa wacana tersebut

Sepeda motor wajib menggunakan BBM Non Subsidi, wacana ini sudah lama, dan tidak berhasil dikarenakan banyak pengguna sepeda motor merasa keberatan dengan harga BBM non subsidi yang bisa dibilang dua kali lipat BBM bersubsidi. Yasudah :)

Ada lagi, Mobil diatas tahun 2005 tidak boleh pake premium, berarti untuk mobil yang dibawah tahun 2005 boleh pake premium, alasannya pemilik mobil diatas tahun 2005 sanggup beli pertamax, itu teorinya, kenyataannya, masih banyak mobil diatas tahun 2005 terutama mobil sejuta umat masih menggunakan premium kok, karena mayoritas dari mereka harus menabung lebih untuk membayar cicilan kendaraanya :p terlebih lagi tipikal kendaraan keluarga Indonesia “Bisa muat banyak, isi bensin, injek gas, langsung maju“. Oke, wacana yang ini juga dikatakan tidak berhasil.

Bahkan sempat ada kasus beberapa kendaraan yang Fuel Pump-nya jebol karena penggunaan BBM bersubsidi itu, siapa yang disalahkan? Silahkan Googling itu berita lama kok :D

Sampai akhirnya keluarlah spanduk sakti di setiap SPBU bertuliskan “Premium untuk Golongan Tidak Mampu,” :D yang jadi masalahnya, Siapa yang tidak mampu itu? Siapa yang menjadi kaum dhuafa dalam kasus ini? Seperti apa golongan tidak mampu itu? Rancu juga menentukan si “mampu” dan “tidak mampu” itu

Oke, katakanlah, BBM bersubsidi ini diperuntukan untuk angkutan umum dan sepeda motor, kenapa tidak dibuat saja SPBU khusus untuk kendaraan umum dan sepeda motor saja? Mobil pribadi dan lainnya, silakan gunakan SPBU biasa yang hanya menjual BBM Non Subsidi.

Atau kenapa tidak sekalian hilangkan saja yang namanya Subsidi BBM, alihkan ke sektor lain, pendidikan misalnya? Walau yang ini saya masih pesimis, Subsidi BBM hilang, pendidikan masih mahal, jalanan masih rusak.

Selamat Datang di Indonesia, negara dimana terdapat bensin orang kaya dan bensin orang miskin :D

2 Jam Di Perjalanan

+6281723839xx 7:30PM

Anggie, jangan lupa ke kampus DU besok, temenin Eka cari informasi mengenai SMUP

Begitulah bunyi SMS yang dikirim oleh tante saya, beliau minta agar menemani anaknya Eka mencari tahu informasi mengenai SMUP, sebenarnya saya agak males, tapi apa boleh buat,  saya juga sedikit jenuh jadi babu coding, pagi hari sekitar jam 6 saya langsung berangkat dari rumah menggunakan motor.

Perjalanan dari Bumi Adipura menuju Jalan Sukarno Hatta cukup lancar, saya masih bisa berjalan hingga 60KM/jam. Sialnya, mulai mendekati kawasan Metro Indah Mall, macet mulai mendera, mobil diam, motor merayap sangat pelan, aah, sudah biasa kan? Tapi kenapa ini terasa lebih lama?

Lanjutkan membaca 2 Jam Di Perjalanan

Selamat Menempuh Ujian Nasional

..Bagi teman-teman SMA kelas 3 yang sedang merayakannya melaksanakannya

Saya masih ingat 2 tahun lalu juga sempat merasakan nikmatnya ketar ketir tentang Ujian Nasional ini, memang ini suatu hal yang cukup menakutkan bagi siswa-siswa SMA tingkat akhir, dan alhamdulillah, saya akhirnya lulus  dari seragam putih abu-abu.

Saya doakan semoga kalian semua lulus :D

Lanjutkan membaca Selamat Menempuh Ujian Nasional

Bahasa dan Tingkat Prestise Seseorang

Senin, 14 Maret 2011

Seperti biasa, setiap hari saya selalu berangkat dari Jatinangor menuju Dipati Ukur untuk menuntut ilmu pasti, tentunya sangat melelahkan mengingat perjalanan dari Jatinangor(Kabupaten Sumedang) menuju Dipati Ukur(Bandung Kota) memakan waktu kurang lebih 1.5 – 2 jam, terasa lelah juga mengemudi ditengah kemacetan Kota Bandung, dan akhirnya saya mulai terasa lapar, dan mulailah saya mencari tempat makan.

Akhirnya saya bertemu juga dengan Warung Steak yang letaknya di pinggir jalan di sekitaran Taman Citarum, menurut beberapa teman-teman yang kost di sekitaran itu, walau letaknya di pinggir jalan dan hanya ditutupi “tenda biru” tapi rasa steak tersebut lumayan enak dan tidak bikin kantong jebol, oke, cukuplah untuk mahasiswa :) . Akhirnya saya memarkirkan Classy Pro kesayangan, dan masuk ke warung tersebut.

Lanjutkan membaca Bahasa dan Tingkat Prestise Seseorang

Revitalisasi Bahasa atau Mati?

Secara tidak sadar bangsa kita telah rapuh oleh bahasa, meskipun konstitusi atau hukum telah mengaturnya. Pelatihan bahasa-bahasa asing semakin banyak di berbagai tempat, adalah indikasi kerapuhan itu. Bahkan, institusi pendidikan yang seharusnya menjaga keutuhan bahasa Indonesia justru membuka peluang kerapuhan bahasa Indonesia.

Indikasi lain adalah peningkatan hasil produk-produk(komoditi) yang semakin bervariasi. Lembaga-lembaga terkait, seperti balai bahasa belum mengeluarkan kebijakan yang dapat mengontrol tata cara penamaan pada suatu produk. Produk-produk(komoditi) terus meningkat, sementara penamaan produk tersebut masih menggunakan bahasa Inggris. Hal ini memiliki motif ekonomi yang bersifat ekonomi liberal, sehingga tata cara penamaan produk pun tidak dapat diatur.

Bila kesadaran dan kerapuhan bahasa tidak dinamis, bahasa Indonesia kemungkinan terbesar akan menjadi korban keganasan bahasa Internasional(bahasa Inggris). Tujuan pemuda yang melakukan sumpah pemuda 1928 pun tidak mendapatkan generasi penerus perjuangan. Fatalnya, bahasa Indonesia hanya menjadi bahan museum. Kepribadian bangsa dalam menjaga keutuhan bangsa pun akan ikut rapuh, maka makna sumpah pemuda tidak lagi berarti karena tidak mampu menjaga tanah air sendiri.

Bahasa bukan komoditi tetapi suatu alat pengikat individu dalam suatu wujud sosial. Namun, ironisnya bahasa telah menjadi nilai jual. Lembaga-lembaga bahasa asing menawarkan jasanya kepada calon konsumen, pada tahap inilah bahasa merupakan komoditi.

Semakin tinggi kesadaran berbahasa, khususnya bahasa bangsa sendiri maka semakin kokoh suatu bangsa, sejarah telah membuktikan, terjadinya sumpah pemuda adalah awal masyarakat Indonesia mengikat perbedaan-perbedaan suku bangsa, yang kemudian secara sah di atur dalam konstitusi pada tahun 1945.

Kondisi bahasa yang semakin rapuh diakibatkan arus globalisasi, sehingga rekonstruksi pola pikir pemuda pun mengacu pada situasi global dan berdampak pada ketidaksadaran berbahasa bangsa sendiri. Dalam hal ini pemuda telah membunuh bangsanya sendiri. Pemuda dalam situasi globalisasi justru berprioritas pada teknologi dan pengalamannya yang dibentuk oleh situasi global tersebut.

Kerapuhan bahasa yang berdampak pada keutuhan bangsa diakibatkan ekonomi liberal yang dianut oleh bangsa Indonesia, maka solusi pertama adalah mengkonter pelaku-pelaku ekonomi yang menghasilkan produk dalam bentuk peraturan(tata cara penamaan produk) yang berorientasi pada khaidah-khaidah bahasa Indonesia. Lembaga-lembaga terkait sudah seharusnya memperhatikan kondisi ini. Dan, peran pemuda bangsa adalah penutur bahasa bangsa sebagai wujud penandigannya. Sebab, dengan menjaga keutuhan bahasa berarti pemuda telah melakukan satu tahapan menjaga keutuhan sejarah Indonesia.

Dalam situasi seperti ini, pemuda Indonesia harus berorientasi pada penggunaan bahasa Indonesia sebab institusi pendidikan pun tidak dapat diharapkan. Satu-satunya harapan penerus dan penjaga keutuhan bahasa bangsa dalam memaknai sumpah pemuda ada pada jiwa pemuda itu sendiri.

Anggie Sukarno