Arsip Kategori: Linguistik

Apakah aku perlu menyatakan diri kembali sebagai manusia agar aku dapat diperlakukan sebagai manusia yang sesungguhnya

Aku yang diparkir di antara tangan-tangan penguasa tak berbelas kasih

Aku tak punya kekuatan untuk menghancurkan kesombongan itu secepatnya

Aku tertindas dalam senyum palsu para pencari kekayaan di antara bangunan kemiskinan yang menjulang tinggi

Aku yang tak ternah diangap hidup dalam dunia ini

Aku yang terpaksa harus mengais di antara tumpukan kekayaan yang tak tersebar merata

Aku yang tak memihak, pikakku hanyalah ketertindasan

Aku yang ditunggangi, aku ditunggangi oleh penderitaan orang-orang sekitarku

Aku yang kata mereka bukan manusia

Aku bukan bagian dari mereka,, Mereka!

Itu kata mereka …

Aku perlu berkata kepada mereka bahwa aku ini manusia

Harus secepatnya aku katakan

Aku tak mau dipinggirkan terus – menerus

Apakah karena kulitku yang tak sama dengan mereka

Apakah karena rambutku yang memang dilecehkan mereka

Apakah karena tubuhku yang tak lengkap

Apakah karena wajahku yang tak sesuai dengan keinginan mereka

Seolah mereka sudah memesan kepada Tuhan sebelum lahirnya mereka

Hingga mereka dapatkan diri mereka dalam kesombongan

Hanya merekalah yang baik

Tak ada yang boleh membantah itu

Waktunya dan saatnya

Akan kukatakan dengan wajahku yang suram ini, kepada sang fana

AKU INI MANUSIA..!!

Kecap Anjing jeung Goblog

Lamun aya nu nyarios yang ”Manéh jiga ucing” jigana moal ngambek atawa kasinggung, tapi lamun aya nu nyarios ”Manéh jiga anjing” pasti urang-urang bakal ngamuk. Naha basa disebut ucing teu ngambek tapi basa disebut anjing ngarasa kasinggung? Salah naon si-ANJING tepi ngaran-na sering jadi hiji umpatan jang nyarékan atawa jeung ungkapan rasa ambek jelema. Naha pedah anjing dianggap mahluk nu najis.

Lain didieu lain di kulon. Di negara  kulon (Barat) atawa di negeri nu ngarasa kakulon-kulonan (kabarat-baratan) kecap Anjing sanés kecap nu dipaké kanggo nyarékan. Dog (anjing) malah jadi ungkapan nu sering dipaké kanggo ngamaknai nu positip. Misalna kecap “dog-fight” dipaké jang istilah duél pasawat tempur, bahkan aya istilah nu paling terkenal nyaéta “dog-style” nu artina ngadamel orok.

Balik ka topik nu awal. Tapi syukur, kecap anjing akhirna ngalami parobahan makna khususna dikalangan barudak ngora, utamina di kota angeung sepertos dikalangan anak muda Kota Bandung.

Jang anak muda Kota Bandung nu funky jeung gaul kecap anjing jeung kecap goblog ngan sakedar hiji tanda baca atawa panegas kalimat. Di ESD kecap anjing hanya berarti hiji tanda KOMA (pamisah kalimat), sedangkan kata goblog hartina TITIK. (Nutup hiji kalimat). Jadi ulah ngambek atawa ngarasa kasinggung lamun keur jalan-jalan di Kota Bandung bakal sering ngadangu kata anjing jeung goblog dina obrolan barudak ngora.

Améh jelas urang tingali hiji contoh dihandap ieu

“Tadi urang dahar anjing ayeuna rek ngaroko heula goblog

Tah kalimat éta lamun ditarjamahkeun ka bahasa indonésia nu alus jeung hadé hartina jadi

“Tadi saya makan, sekarang mau merokok dulu.

Tapi jang jalmi nu tingkat TOSFL masih rendah pasti bakal kasulitan jang ngartikeun kalimat jiga kieu

”Anjing aing digegel anjing goblog!”

Jigana kedah naroskeun ka Kang Ibing améh tiasa ngajelaskeun arti kalimat éta.

Sajalan jeung kamajuan basa sunda jadi bahasa internasional kecap anjing mimiti ngalami peluluhan atawa panghalusan, kecap anjing diubah jadi leuwih sopan jadi kecap anjrit, anjis atau anjroy. Malah di daérah Bronk jiga di Water Rock (Cicadas) ngalemeskeun kecap anjing cukup ditambahkeun kecap punteun. Jadi tong héran lamun aya jalma nu liwat ngomong permisina maké kata nu lemes nyaéta

”PUNTEN ANJING”

Cukup dijawab maké tutur kata nu teu éléh lemesna ogé

”MANGGA GOBLOG”

Di tahun 1994 sayah(penulis asli – lain abdi) pernah ngalakukan hiji panalitian leuleutikan (hanya ngitung wungkul) di babaturan SMA sayah di Bandung. Dina obrolan sakitar 15 menit, rata-rata kecap anjing jeung goblog kaluar leuwih ti 10 kali. Malah sayah sempet ngalakukan hiji tantangan ka babaturan lamun manéhna sanggup tahan teu ngomong kecap anjing jeung goblog salama 1 jam, saya rék méré duit 20 rébu. Babaturan sayah éta ngan mampu tahan sakitar 30 menit, saeunggeus éta manéhna ngobrol kaluar kecap anjing jeung goblog tanpa disadari ku manéhna.

Tah sakitu heula anjing éngké lamun aya waktu dilanjutkeun goblog.

Disclaimer: Dikutip tina milis BBV jeung UrangSunda. Tulisan ieu dipake referensi kanggo makalah paper abdi “Slang Language in Sundanese and Javanese”

Anggie Sukarno

Студент русской литературы

Everything About Alay

Disclaimer:Artikel ini cukup panjang dan tidak ada gambarnya, mungkin tulisan ini cukup membosankan bagi yang sering liat postingan bergambar,hehe

Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan Alay?

Saya sempat tahu sekilas tentang alay, bukan barang baru bagi saya pribadi, bahkan mungkin sejak SMP saya sudah kenal dengan beberapa teman-teman saya yang mulai alay waktu itu, walaupun mungkin dulu namanya bukan alay juga, entahlah saya lupa :p

Hanya saja, sekalipun saya tahu tentang alay itu, saya belum mencoba untuk menyelidikinya lebih lanjut, karena terlalu banyak tuntutan pelajaran(baca: terlalu malas), terlebih lagi saat itu saya masih siswa SMK yang kerjaanya masih bermain dengan programming, hardware, networking dan lain-lain, sehingga tidak terpikirkan oleh saya untuk membahas yang seperti ini :p

Sekian lama berkutat di dunia IT, sekarang saya sudah beralih profesi mendalami dunia kesusastraan, teringat kembali tentang urusan alay-alayan ini, hingga akhirnya saya mencoba untuk mendalami dan memahami apa dan bagaimana ke-‘alay‘-an ini bisa terjadi, akhirnya saya berbincang-bincang dengan dosen Sastra Indonesia Unpad, Drs. Djarlis Gunawan di Bale Café Padjadjaran sambil mengisi waktu kosong, dan berikut hasil diskusi kami.

Pengertian. Banyak yang bilang alay merupakan singkatan dari `anak layangan` definisi ini diambil karena anak layangan yang berarti seorang anak kampung, yang berarti kampungan, padahal tidak semua anak yang bermain layangan itu anak kampung, ya kan? :p dan banyak juga orang yang mengartikan alay sebagai anak yang `sok keren` `gaul` dan lain sebagainya. Pada dasarnya alay ini terjadi normal bagi sebagian remaja yang cenderung ingin mengetahui hal-hal yang baru dan unik, tapi tidak mengetahui secara pasti hal-hal tersebut,dan tidak mencerna lebih dalam hal-hal apa yang mereka serap, sehingga muncul istilah dasar dari sifat alay itu sendiri yaitu yang `sok pede`, walau alay sendiri memiliki beberapa tingkatan dan ada juga alay yang masih masuk ke kategori `batas normal` :D

Faktor-faktor. Lingkungan,psikologis, dan sosial remaja memiliki peranan kuat dalam penentuan seberapa `alay` mereka :D

Kita ambil contoh pada faktor lingkungan, ternyata, faktor alay sendiri jarang  ditemui di kota besar, dan kebanyakan terjadi di pinggiran kota, karena mereka menangkap budaya dan lifestyle yang terjadi di kota besar tapi tidak dicerna lebih dalam apakah lifestyle tersebut cocok dengan lingkungan setempat, contohnya bahasa betawi seperti gue, elo dijadikan slang language/bahasa gaul, akhirnya banyak orang luar betawi mengucapkan gue, elo dengan logat lokal seperti jawa, tentunya tidak akan terasa match.

Faktor psikologis remaja  memiliki peranan yang cukup besar, rasa ingin tahu remaja cukup besar, remaja alay 10% akan mengikuti remaja yang alay 25%, ada juga remaja yang merasa sangat bangga dengan perbuatan dia sendiri, terlalu tinggi sifat `cari perhatian`nya, memancing perhatian atau bahkan emosi orang lain di social networking atau menggunakan media lain.

Faktor sosial juga memiliki peranan, sifat alay ini termasuk ke sifat yang terkelompok, jika kita tidak sama `alay`nya dengan mereka, kita akan kesusahan untuk bergabung dengan mereka.

Sifat/perilaku yang timbul dari hasil alay ini cukup beragam, terkadang jika kita mengamatinya, cukup lucu dan aneh, tapi bisa juga membuat sakit mata juga :p mungkin ini adalah beberapa contoh.

  • Menjadi seseorang yang merasa paling tahu ini – itu.
  • Tulisan yang cukup amburadul.
  • Selalu bicara seperti mengikuti tren yang ada, padahal tidak terlalu tahu :p
  • Selalu merasa ingin menjadi yang terkenal, dengan memiliki patokan komentar yang paling banyak di profile social networking mereka itulah yang terkenal.
  • Selalu berbicara tentang status relationship dia ke teman-temannya.
  • Pakaian yang tidak match(salah satu efek mengikuti budaya tapi tidak dicerna dulu pas atau tidak) seperti baju hijau, celana kuning, sepatu merah(Ya.. itu traffic light).
  • Nama di social networking site disingkat sesingkat mungkin sehingga jadi tidak jelas, seperti `Niken` jadi `qenz`, `Anggie` jadi `Gie`, atau bahkan diubah menjadi `pRinceSs cuTez ChaIanX AngGiE` atau `AngGiE ImoeDh SeDuNiA`.
  • Cenderung senang dengan dirinya sendiri, dan senang upload foto dirinya sendiri di internet atau ponsel.

Dan ada sedikit cerita(atau mungkin pendapat?) dari dosen saya tentang terjadinya huruf besar-kecil, yang akhirnya banyak orang yang meyebutnya salah satu bagian dari alay, walau tak ada bukti pasti tapi setelah dipelajari itu ternyata terjadi akibat sebuah ponsel Nokia 3310, begini ceritanya, sekitar tahun 2001, booming sebuah ponsel yang ga pinter-pinter amat, Nokia 3310, ponsel tersebut memiliki tombol `shift`yang cukup mudah, sehingga untuk menulis kata-kata seperti ini

`HaLLoW, aQ AngGiE naX InF, LeH KnALan Gax?`

akan terasa sangat mudah, ya sih, saat itu saya masih pakai Ericsson T10s yang susah sekali untuk menulis SMS seperti diatas(tombol `shift` tidak automatic).

Yaa… inilah sebagian hasil diskusi kami, actually artikel ini masih sangat kacau dan belum sistematis, hanya saja saya terlalu cepat posting tentang alay ini karena keburu ada yang protes tentang `alay` di sini dan sini :))

AngGiE SuKaRNo ImOeDh

Anggie Sukarno

Student of Russian Literature.