Panduan Mengisi Flight Plan

Flight plan adalah dokumen yang diisi oleh Pilot(biasanya co-pilot) atau FOO(Flight Operation Officer) dan diberikan kepada Air Navigation Service Provider(AirNav – jika di Indonesia) sebelum keberangkatan, dokumen tersebut berisi rute atau jalur pesawat. Format flight plan distandarisasi oleh ICAO dengan nomor dokumen ICAO Doc. 4444.

Informasi yang diberikan biasanya mencakup titik keberangkatan dan kedatangan, estimasi waktu penerbangan, bandara darurat (alternate) jika terjadi bad weather, jenis penerbangan (IFR atau VFR), nama pilot, jumlah POB(People on Board) dan informasi tentang pesawat itu sendiri.

Semua jenis penerbangan baik IFR maupun VFR wajib mengisi flight plan, terutama penerbangan yang melewati perairan (oversea).

Berikut adalah contoh form flight plan:

Contoh Flightplan milik FAA.

Panduan mengisi flight plan.

7 AIRCRAFT IDENTIFICATION. Kolom ini diisi antara nomor registrasi pesawat (contoh PKABC, N505MS, RA12345), nomor penerbangan(call sign) (contoh: QZ123, MH123) atau tactical call sign khusus penerbangan militer (contoh: RED1, KRISNA1, AIRFORCE1).

8 FLIGHT RULES dan TYPE OF FLIGHT.

Pada kolom flight rules, sesuaikan dengan jenis penerbangannya:

  • I untuk IFR.
  • V untuk VFR.
  • Y untuk IFR lalu VFR.
  • Z untuk VRF lalu IFR.

Sedangkan pada kolom type of flight, sesuaikan dengan tipe penerbangannya:

  • S untuk scheduled (penerbangan berjadwal).
    • N untuk penerbangan tidak berjadwal.
    • G untuk penerbangan general (general avation).
    • M untuk penerbangan militer.
    • X untuk penerbangan diluar kategori diatas.

9 NUMBER AND TYPE OF AIRCRAFT dan WAKE TURBULANCE CATEGORY.

Untuk kolom number, isi berapa total pesawatnya (1 atau 2) dan type of aircraft, isi sesuai dengan jenis pesawatnya, khusus kolom ini diisi sesuai dengan aircraft designatornya. List dari aircraft designator ini sudah distandarisasi oleh ICAO dengan nomor dokumen ICAO Doc 8643. Bisa dilihat di sini untuk mengetahui aicraft designator dari pesawat yang akan digunakan.

Untuk Wake Turbulance Category, pilihannya adalah:

  • /L – LIGHT. Untuk pesawat dengan MTOW 7000 kg (15500 lbs) atau kurang.
  • /M – MEDIUM. Untuk pesawat dengan MTOW diatas 7000 kg (15500 lbs) tapi kurang dari 136000 kg (300000 lbs).
  • /H – HEAVY. Untuk pesawat dengan MTOW 136000 kg (300000 lbs) atau lebih kecuali ditentukan lain dalan /J.
  • /J – SUPER. Untuk pesawat dengan wake turbulance yang ditentukan terpisah (sejauh ini baru digunakan untuk Airbus A380-800).

10 EQUIPMENT.

Untuk kolom ini, harus dijelaskan device komunikasi yang terdapat dan berstatus serviceable di pesawat. Rata-rata pesawat di Indonesia menggunakan S/C dimana S menandakan standard COM/NAV/approach available dan serviceable dan C menandakan transponder mode A dan C berstatus serviceable.

13 DEPARTURE AERODROME AND TIME.

Untuk departure aerodrome HANYA GUNAKAN 4 LETTER CODE SESUAI DENGAN STANDAR ICAO, contoh:

  • WIII untuk CGK
  • WICC untuk BDO

Catatan: Standarisasi mengenai penamaan bandara ada dalam ICAO doc 7910.

  • Jika nama bandara tidak ada 3 letter code dari ICAO (seperti bandara kecil atau lepas landas dari perairan) isi kolomnya dengan ZZZZ lalu di section 18 isi nama lengkap bandaranya dengan format “DEP/NAMA BANDARA” atau bisa juga menggunakan koordinat dengan format “DEP/5023N02214E”.

Untuk mengisi Departure time, gunakan 4 karakter berisi 2 digit jam(24-hours format) dan 2 digit menit dalan UTC tanpa tanda baca apapun, contoh 1200 atau 1900.

15 CRUISING SPEED, ALTITUDE/LEVEL AND ROUTE

Di kolom ini yang paling kompleks, membingungkan dan perlu ekstra hati-hati. Kesalahan di kolom ini dapat berdampak pada pelanggaran wilayah udara. di kolom 15, kita perlu mengisi cruising speed, cruising level dan route description.

Cruising Speed – 5 karakter maksimum. Isi sesuai dengan true airspeed yang akan digunakan. Gunakan K jika dalam kilometer (contoh K0220 untuk true airspeed 220 km/h) atau N jika dalam knots (contoh N0150 untuk true airspeed 150 knots).

Cruising Level – 5 karakter maksimum. Ada beberapa metode untuk mengisi cruising level, berikut diantaranya:

  1. Flight Level, ditandai dengan huruf F lalu diikuti oleh 3 angka, contoh F085 untuk flight level 085.
  2. Metric Level, ditandai dengan huruf S lalu diikuti oleh 4 angka, contoh S0150 yang berarti 1500 meter.
  3. Altitude dalam satuan feet, ditandai dengan huruf A lalu diikuti oleh 3 angka, contoh A055 yang berarti altitude 5500 feet.
  4. Altitude dalam satuan meter, ditandai dengan huruf M diikuti oleh 4 angka, contoh M0610 yang berarti altitude 6100 meter.

Untuk mengisi route gunakan checkpoint designator sesuai dengan yang ada di aeronautical charts dan gunakan spasi untuk pemisahnya, contoh:

SAMKO BONSU OGAKO BATAR VIDEX AGOSA

Jika checkpoint tersebut tidak ada di aeronautical charts, bisa gunakan koordinat, contoh 5220N03305E.

Jika setiap checkpoint ingin ganti airspeed, gunakan format berikut:

RUDKA/N0305F100

52N021W/K0260M080

4602N07805W/K0200F165

Jika diperlukan, kita juga bisa mengubah jenis flight dari VFR ke IFR atau sebaliknya, dengan format seperti ini:

SUW VFR

XIMBA/N0284A090 IFR

Nah, pusing kan? 😂Tenang saja, di section 19 dan seterusnya ini gampang kok.

  • Endurance tulis dalam 4 digit angka berapa lama endurance aircraft tersebut, jika 5 jam, tulis 0500.
  • Persons on board isi berapa PoB yang ada atau TBN untuk to be notified.
  • Untuk Emergency Radio, survival equipment, dan jackets cukup beri tanda X untuk yang tidak tersedia/not available.
  • Untuk Dinghies, tulis berapa dinghies yang tersedia, kapasitasnya dan warna dinghies tersebut, tulis C jika tidak ada dinghies dalam pesawat Anda. Ini akan mengakibatkan Anda tidak akan bisa terbang melewati laut.
  • Aircraft Color and Markings cukup isi sesuai dengan warna dan markings yang ada, contohnya: YELLOW WITH WHITE STRIPES.
  • Isi informasi tambahan di remarks jika ada, jika tidak ada, beri tanda X pada kolom N.
  • Pilot In Command. Cukup tulis nama pilot dari pesawat tersebut.

Terakhir FOO atau Pilot cukup tandatangan(dan berikan nomor license) di kolom FILLED BY dan berikan ke petugas ATC. Jika di-approve, maka Anda sudah siap kontak ATC untuk start engine.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.