Perubahan perilaku anak akibat ponsel

Siapa yang saat ini masih tidak mengenal alat yang disebut dengan ponsel atau telepon selular, awalnya memang ponsel ini termasuk barang yang cukup “mewah” dikarenakan mahal dari segi harga perangkat maupun harga pulsanya, akan tetapi, kini seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan produsen ponsel yang kian ketat,, ponsel kini sudah tidak lagi menyandang predikat “barang mewah”. Dengan demikian, alat komunikasi ini bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Penggunaan ponsel juga sudah cukup merambah ke hampir semua kalangan masyarakat, dari pelajar sampai mahasiswa kini sudah dapat menggunakan alat komunikasi ini, bahkan anak SD pun sudah cukup banyak yang mengantongi ponsel, walau sebenarnya tidak direkomendasikan karena radiasinya :)

Tentunya perangkat ini juga memberikan dampak perubahan perilaku pada masyarakat, contohnya, ketika saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu Taman Kanak-kanak  di kota Bandung, ponsel sudah menjadi barang kebanggaan orang tua, ada beberapa dari mereka yang mampu membeli sebuah (atau beberapa) ponsel mahal, sehingga ponsel itu sendiri menjadi ajang gengsi-gengsian antar orang tua, walau saya sendiri yakin, fungsi utama ponselnya sudah tidak diperhatikan :p

Celakanya, perilaku ini menular pada anak-anaknya, terutama pada anak-anak yang dibelikan ponsel, bahkan saya sempat menemukan ada anak yang ketika diminta bayar SPP sangat susah sekali untuk membayar, tapi disaat yang bersamaan mereka mampu untuk membeli ponsel canggih yang harganya jutaan rupiah. Padahal jumlah nominal SPP saya rasa sangat tidak sebanding dengan harga ponsel yang dia miliki sendiri.

Oke, selain itu juga, mulai muncul perilaku negatif yang lainnya, salah satunya adalah anak-anak menjadi bersifat lebih individualistis, mereka lebih asyik dengan ponsel mereka masing-masing, karena ponsel sekarang bukan lagi alat komunikasi suara dan pesan singkat(SMS) saja, tapi kebanyakan sudah bisa internet, chattingMP3 Player, Game, Video Player, dan lain-lain. Akibat dari efek individualistis inilah yang menyebabkan konsentrasi si anak menjadi berkurang, saya juga masih sering melihat anak Facebook-an saat jam pelajaran yang notabene tidak memperhatikan guru, atau lebih extreme lagi, dimana sang anak menutup telinganya saat guru menerangkan(statement kedua sih pengalaman pribadi,hehe). Itulah yang membuat mereka tenggelam dalam dunia maya, dan membuat mereka menjadi malas dan konsumtif.

Lalu antisipasinya bagaimana? Yaa, ada beberapa solusi yang cukup ampuh, salah satunya adalah orangtua membekali anaknya dengan ponsel yang fasilitasnya tidak terlalu banyak, cukup menggunakan ponsel standar yang bisa SMS dan telepon saja, cara ini saya kira cukup ampuh, mengingat zaman saya SMP dulu, hanya dibekali ponsel Siemens C25, yang hanya bisa telepon dan SMS saja, bahkan fasilitas jam dan kalkukator pun tidak ada :)) . Bagaimana dengan peraturan tidak diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah? Biasanya banyak orangtua yang cukup keberatan,  terkadang ada beberapa anak yang masih perlu dijemput atau agar orangtua dapat memantau kondisi anaknya, saya juga secara pribadi kurang setuju dengan peraturan ini, karena saya pernah mengalami saat dimana sulit menghubungi orangtua saat itu, menggunakan jasa wartel tarifnya sangat mahal, sedangkan telepon koin tidak bisa menghubungi ponsel.

Jadi, sebenarnya kita(atau tepatnya guru karena penulis bukan guru, jadi penulis bukan kita :P ) memberikan pengertian kepada si anak, bahwa ponsel memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, kalaupun memiliki fasilitas games, facebook, chatting, dan lain-lain sebaiknya tidak menggunakan fasilitas tersebut saat jam pelajaran, dan saat jam pelajaran berlangsung ponsel harus dimatikan sepenuhnya(bukan flight mode atau Music Mode). Dan juga sebaiknya guru juga mengikuti saran seperti diatas agar dapat menjadi contoh bagi siswa-siswinya.

Image Source:Flickr(Here, here, and here)

13 thoughts on “Perubahan perilaku anak akibat ponsel”

  1. emang sekarang yang namanya hp (ponsel) bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusai, bukan cuma orang dewasa aja yang make anak-anak juga seperti udah wajib megang hp. ponakan saya baru kelas 1 sd udah dibelikan hp. padahal hp rentan dg ketidak baikan, walaupun banyak juga baiknya. dg hp kita bisa dengan mudah mengakses internet dan di internet itulah banyak hal hal yang kurang baik yg bisa dg mudah diakses. masi banyak lg hal yng dapat merubah sikap kita dg hp. mau jadi apa generasi penerus kita klo kya gini. seharusnya penggunaan hp jgn kita berikan sewaktu anak” kita masi kecil.

    maap malah jadi ikud cerita hehehe..
    dtunggu kunjungan baliknya :D

  2. ooh ini blognya Anggoro.. keren banget tulisannya.. :”>

    anak sekolah sepertinya lebih aman dibekali hp yang e**** aja deh.. selain murah, pulsanya juga murah..

    *promosi

  3. “<!–" nih ada sisa script, coba di cek tuh, di bawah postingan, hehe, di cek di mana pernah naruh script tapi gk bersih pas di hapus,

    soal hape… mm, bener sih, jadi kurang komunikatif terhadap lingkungan, kurang sosial, dan akan sulit beradaptasi nantinya.

Tinggalkan Balasan ke Reza Fauzi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.