Akhirnya PT. Astra Honda Motor meluncurkan Honda PCX Hybrid, tentunya ini kabar gembira untuk pecinta kendaraan listrik seperti saya. BEV atau Battery Electric Vehicle sendiri sampai saat ini belum bisa mengaspal dengan mudah di Indonesia mengingat ketertinggalan keterbatasan infrastruktur di Indonesia, maka dari itu kendaraan hybrid adalah solusi sementara sampai infrastruktur untuk kendaraan listrik siap walaupun skema pajaknya masih belum mendukung.

Sudah banyak vlogger otomotif membahas tentang skuter bongsor ini, dan menurut saya, hampir tidak ada perbedaan dengan PCX non-hybrid, perbedaan hanya terdapat baterai lithium dan terdapat indikator kapasitas baterai lithium di instrument cluster.

Sayangnya, ada hal yang bikin saya kecewa, berikut adalah screenshot yang saya ambil dari web resmi AHM tentang PCX Hybrid

Seperti yang sudah dijelaskan, terdapat tiga mode berkendara(driving mode), tapi ada satu mode berkendara khas kendaraan hybrid yang tidak ada di motor ini, yaitu EV Mode.

EV Mode sendiri adalah mode berkendara dimana kendaraan akan menggunakan full elektrik (mesin bensin akan mati), begitu baterai habis mode berkendara otomatis akan pindah ke normal atau drive mode.

Dengan kata lain, mesin bensin PCX ini akan terus hidup selama motor ini berjalan, hanya mati saat diam dengan bantuan Idling Stop System,kalau begini sih tidak ada dampak yang signifikan untuk lingkungan, dan menurut artikel kompas, PCX Hybrid ini bukan buat irit tapi buat “ngebut”. Kalau memang untuk tenaga tambahan, kenapa tidak desain saja PCX dengan mesin yang lebih bertenaga? Penggunaan baterai lithium hanya untuk menambah tenaga hanya akan membebani biaya penggantian baterai setelah motor tersebut berumur 5-6 tahun yang konon katanya harga baterai tersebut bisa mencapai 10 juta.

Jadi, saya tidak akan membeli Honda PCX Hybrid ini…