Arsip Tag: bahasa

Bahasa dan Tingkat Prestise Seseorang

Senin, 14 Maret 2011

Seperti biasa, setiap hari saya selalu berangkat dari Jatinangor menuju Dipati Ukur untuk menuntut ilmu pasti, tentunya sangat melelahkan mengingat perjalanan dari Jatinangor(Kabupaten Sumedang) menuju Dipati Ukur(Bandung Kota) memakan waktu kurang lebih 1.5 – 2 jam, terasa lelah juga mengemudi ditengah kemacetan Kota Bandung, dan akhirnya saya mulai terasa lapar, dan mulailah saya mencari tempat makan.

Akhirnya saya bertemu juga dengan Warung Steak yang letaknya di pinggir jalan di sekitaran Taman Citarum, menurut beberapa teman-teman yang kost di sekitaran itu, walau letaknya di pinggir jalan dan hanya ditutupi “tenda biru” tapi rasa steak tersebut lumayan enak dan tidak bikin kantong jebol, oke, cukuplah untuk mahasiswa :) . Akhirnya saya memarkirkan Classy Pro kesayangan, dan masuk ke warung tersebut.

Lanjutkan membaca Bahasa dan Tingkat Prestise Seseorang

Revitalisasi Bahasa atau Mati?

Secara tidak sadar bangsa kita telah rapuh oleh bahasa, meskipun konstitusi atau hukum telah mengaturnya. Pelatihan bahasa-bahasa asing semakin banyak di berbagai tempat, adalah indikasi kerapuhan itu. Bahkan, institusi pendidikan yang seharusnya menjaga keutuhan bahasa Indonesia justru membuka peluang kerapuhan bahasa Indonesia.

Indikasi lain adalah peningkatan hasil produk-produk(komoditi) yang semakin bervariasi. Lembaga-lembaga terkait, seperti balai bahasa belum mengeluarkan kebijakan yang dapat mengontrol tata cara penamaan pada suatu produk. Produk-produk(komoditi) terus meningkat, sementara penamaan produk tersebut masih menggunakan bahasa Inggris. Hal ini memiliki motif ekonomi yang bersifat ekonomi liberal, sehingga tata cara penamaan produk pun tidak dapat diatur.

Bila kesadaran dan kerapuhan bahasa tidak dinamis, bahasa Indonesia kemungkinan terbesar akan menjadi korban keganasan bahasa Internasional(bahasa Inggris). Tujuan pemuda yang melakukan sumpah pemuda 1928 pun tidak mendapatkan generasi penerus perjuangan. Fatalnya, bahasa Indonesia hanya menjadi bahan museum. Kepribadian bangsa dalam menjaga keutuhan bangsa pun akan ikut rapuh, maka makna sumpah pemuda tidak lagi berarti karena tidak mampu menjaga tanah air sendiri.

Bahasa bukan komoditi tetapi suatu alat pengikat individu dalam suatu wujud sosial. Namun, ironisnya bahasa telah menjadi nilai jual. Lembaga-lembaga bahasa asing menawarkan jasanya kepada calon konsumen, pada tahap inilah bahasa merupakan komoditi.

Semakin tinggi kesadaran berbahasa, khususnya bahasa bangsa sendiri maka semakin kokoh suatu bangsa, sejarah telah membuktikan, terjadinya sumpah pemuda adalah awal masyarakat Indonesia mengikat perbedaan-perbedaan suku bangsa, yang kemudian secara sah di atur dalam konstitusi pada tahun 1945.

Kondisi bahasa yang semakin rapuh diakibatkan arus globalisasi, sehingga rekonstruksi pola pikir pemuda pun mengacu pada situasi global dan berdampak pada ketidaksadaran berbahasa bangsa sendiri. Dalam hal ini pemuda telah membunuh bangsanya sendiri. Pemuda dalam situasi globalisasi justru berprioritas pada teknologi dan pengalamannya yang dibentuk oleh situasi global tersebut.

Kerapuhan bahasa yang berdampak pada keutuhan bangsa diakibatkan ekonomi liberal yang dianut oleh bangsa Indonesia, maka solusi pertama adalah mengkonter pelaku-pelaku ekonomi yang menghasilkan produk dalam bentuk peraturan(tata cara penamaan produk) yang berorientasi pada khaidah-khaidah bahasa Indonesia. Lembaga-lembaga terkait sudah seharusnya memperhatikan kondisi ini. Dan, peran pemuda bangsa adalah penutur bahasa bangsa sebagai wujud penandigannya. Sebab, dengan menjaga keutuhan bahasa berarti pemuda telah melakukan satu tahapan menjaga keutuhan sejarah Indonesia.

Dalam situasi seperti ini, pemuda Indonesia harus berorientasi pada penggunaan bahasa Indonesia sebab institusi pendidikan pun tidak dapat diharapkan. Satu-satunya harapan penerus dan penjaga keutuhan bahasa bangsa dalam memaknai sumpah pemuda ada pada jiwa pemuda itu sendiri.

Anggie Sukarno

Do you speak bahasa?

Excuse me, do you speak bahasa?

Humm.. I often hear non-indonesians refer to indonesian language as bahasa. “do you speak bahasa?” foreigners in Indonesia ask each other, in Russia and some europe country, I found out that some indonesian refer their own language as bahasa as well. And very sadly, some indonesian also do the same thing! :( Come on, you are the expert there, you should know so well that’s it’s wrong ;)

Oke, now I tell you this, In english bahasa is translated as “language”(refers to Indonesian-English dictionary by John M Echols 3rd edition p.41)

for example, I speak bahasa inggris(English), bahasa indonesia(Indonesian), and bahasa rusia(Russian). All languages are bahasa, everybody in the world speak bahasa, of course their own bahasa.

The word bahasa doesn’t mean anything but “language“. If you want to use Indonesian word for “Indonesian”(language) then use the complete term “Bahasa Indonesia

So, asking

“Do you speak Indonesian?”

is much much better than

“Do you speak bahasa

:D