Klarifikasi mengenai nama saya di situs “Konfrontasi”

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat info dari teman saya yang mengatakan bahwa ada nama saya tercatut dalam sebuah artikel, dimana artikel tersebut sedang dipermasalahkan baik kalangan PERMIRA maupun pihak KBRI Moskow, tentunya saya penasaran, berikut tautan artikel tersebut.

Setelah saya baca artikel tersebut, ditemukan nama saya dalam artikel tersebut, dan inilah yang mereka tulis:

Yanuar dan Ridwan adalah anak bangsa yang direkomendasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersama Anggie Soekarno dan  rekan-rekan lainnya.

Baiklah, di luar dari isi berita tersebut saya ingin klarifikasi beberapa hal:

  1. Saat masih di Indonesia saya memang pernah mengurus surat rekomendasi belajar di Luar Negeri dari Pengurus Besar Nahtadul Ulama, itu benar adanya.
  2. Mengenai pencatutan nama saya di artikel tersebut, tidak pernah ada izin dari saya, bahkan di artikel tersebut penulis menggunakan nama dari akun Facebook saya, bukan nama asli saya, dan saya tinggal di Penza, bukan di Voronezh.
  3. Karena tidak ada konfirmasi sebelumnya, saya tidak pernah merasa diwawancara, ataupun berkontribusi dalam artikel tersebut. Jadi, tulisan tersebut di luar pengetahuan saya.

Jadi, jangan tanya saya lagi mengenai isi dari artikel tersebut,

Terima kasih :)

————

Opini pribadi: Saya kurang setuju dengan tulisan tersebut, baik dalam tata bahasa, penggunaan foto tanpa izin, maupun isi dari artikel tersebut yang justru membuat citra mahasiswa Indonesia di Rusia terlihat buruk.

Blokir sana, blokir sini

Media sosial macam Twitter dan Facebook merupakan alat bantu bagi saya untuk dapat mengetahui trend ataupun isu apa yang sedang naik daun di Indonesia, dan kebetulan yang sedang di bahas belakangan ini adalah urusan pemblokiran situs tertentu yang dianggap terkait dengan radikalisme.

Seperti biasa banyak pengguna sosial media menanggapi hal ini, sampai-sampai ada yang sempat bilang bahwa pemerintah anti islam :D awalnya saya menahan diri untuk tidak berkomentar apapun tentang ini, tapi akhirnya bablas ikut komentar juga deh :)

Saya secara pribadi berpendapat bahwa tidak ada gunanya melakukan pemblokiran, mau situs islam dengan alasan radikalisme(?) atau  situs porno dengan alasan merusak moral (?), mungkin nanti akan ada pemblokiran untuk situs yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya? :)

Lagipula, untuk melewati pemblokiran itu bukan cara yang susah, ada banyak proxy untuk melewati pemblokiran di Indonesia, di Internet bertebaran cara untuk melakukan itu.

Saya melihat list situs-situs yang di blokir kominfo, beberapa diantaranya yang saya tau pernah menyebar berita kebencian terhadap pemerintah saat ini, tapi apa itu pantas di blokir? Tidak, toh  saya juga tidak terpengaruh terhadap tulisan yang ada di situs-situs tersebut.

Solusi menurut saya tentunya pendidikan terhadap akses Internet dan perbanyak konten positif jauh lebih baik daripada blokir-memblokir ini.